Limbah Pabrik Kertas Dan Pulp

November 25, 2006

Limbah Pabrik Kertas Dan Pulp
Ada Terowongan Di Sungai Ciujung

Pencemaran Sungai Ciujung menjadi cerita klasik yang tidak menarik lagi diberitakan. Karena dengan pemberitaan berarti peluang bisnis yang menjanjikan bagi pedagang komoditas politik baik yang bermukim di “wadah resmi en terhormat” yakni di parlemen daerah maupun di “wadah tidak resmi ” yakni parlemen jalanan atau kaum LSM yang tidak puguh, yang biasa berteriak gimana musimnya. Strategi bisnisnya gampang dibaca : teriak yang keras layaknya orang yang kasihan sama nelayan atau petani tambak, layaknya orang yang sangat prihatin terhadap kerusakan lingkungan dan perubahan ekosistem.

Padahal motif utamanya adalah ingin dihitung dan diperhatikan, dalam rangka membangun posisi tawar yang bagus di hadapan PT IKPP. Semakin sering dan semakin kencang itu teriakan maka akan semakin pusing dan mengganggu bagi managemen PT IKPP. Ujung-ujungnya, managemen IKPP akan mencari si ” pembuat onar “, bukan untuk melaporkan kepada “yang berwajib” tentang perbuatan tidak menyenangkan atau pencemaran nama baik, akan tetapi untuk bernegosiasi, berapa harga yang disepakati untuk membungkam mulut sang pembuat onar.

Nah apabila sudah ada kesepakatan dan kemudian terjadi transaksi, maka perkara terpuruknya kehidupan sosial ekonomi nelayan dan petani tambak akibat kerusakan lingkungan sepanjang perairan pantai utara Serang itu selesai sudah, dengan penyelesaian secara cincai di atas meja beludru.

Strategi bisnis ini telah dipraktekan dan berhasil dengan memuaskan oleh beberapa “pelaku ekonomi komoditas politik” yang bersemayam di parlemen daerah serang, seperti yth. H.Ubaidillah Kabir yang anak Kiyai Gede dari Petir itu, Komaro Sifai, yang asli orang Kragilan tetangga dekat PT IKPP dan mantan guru dan last but not least Muhyi yang ustad dan asli orang Tanara, tetangga dekat Sungai Cidurian yang sekarang, sebagaimana Sungai Ciujung sudah menjadi sungai olie bekas.

Begitu gencarnya mereka bertiga ketika mereka ribut-ribut buangan limbah padat PT IKPP yang sangat terlarang dan sangat berbahaya itu, ternyata sudah selesai tanpa berujung. Dan seperti sediakala sampai sekarang PT IKPP bebas merdeka membuang limbah padat terlarang tersebut.

Sebenarnya kejahatan PT IKPP itu adalah kejahatan terhadap lingkungan yang tidak terampuni. Instalasi pengolah limbah, baik pengolah limbah mekanik, limbah chemical, maupun limbah biological yang mereka miliki hanyalah formalitas dan asesoris industri belaka dalam rangka memperoleh sertifikat the green product dalam rangka masuk pada pasar global kertas, yang memang mempersyaratkan produk industri yang ramah dan peduli lingkungan.

Instalasi pengolah limbah itu hanya beroperasi ketika ada pemantauan atau kontrol dari masyarakat atau pemerintah. Selebihnya, instalasi itu diam membisu tidak berkutik layaknya arca buto ijo. Mungkin kalau dia manusia, dia akan menangis dengan sangat sedih mendayudayu, ketika dia merasa memiliki kemampuan dan kapasitas, sudah dibiayai mahal, hanya diperlakukan seperti arca.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa di bawah instalasi pengolah limbah itu tersedia terowongan besar yang langsung menghubungkan dari buangan proses produksi ke Sungai Ciujung. Terowongan siluman inilah yang bekerja effektif sepanjang proses produksi, menggelontorkan buangan limbah cair yang mengandung mercuri jauh di atas ambang batas toleransi langsung ke Sungai Ciujung. Hasilnya bisa dilihat pada dua hal. Pertama pada musim hujan, ketika air sungai ciujung berlimpah, gelontoran limbah tidak akan kentara, yang terlihat adalah tambak rakyat, nelayan pating menjerit. Kedua pada musim kemarau seperti sekarang ini, Sungai Ciujung berubah menjadi sungai olie bekas dengan dampak lebih luas dari yang pertama.

Kejahatan kedua adalah limbah padat yang merupakan hasil sedimentasi limbah mekanik berupa ampas bubur kertas yang kandungan merkurinya juga jauh di atas ambang batas toleransi, digeletakkan begitu saja, mentang mentang di atas lahan miliknya. Limbah padat ini tidak akan menjadi persoalan apabila jumlahnya hanya sekilo dua kilogram, tetapi menjadi persoalan serius karena jumlah produk harian limbah padat mencapai puluhan ton.

Silahkan hitung, berapa ratus ton dalam satu bulan, berapa ribu ton dalam satu tahun. Sedangkan buangan limbah padat itu sudah berlangsung sejak tahun 1992. Dari sini kita bisa mengkalkulasi berapa puluh atau mungkin juga ratus liter merkuri/ hidrargirum/air raksa yang meresap kedalam tanah dan mencemari air bawah tanah selama belasan tahun sampai sekarang. Dan air bawah tanah ini sudah dikonsumsi oleh sebagaian masyarakat Kragilan, Carenang, Tirtayasa dan Tanara.

Merkuri adalah logam cair yang apabila terkonsumsi oleh mahluk bernyawa, akan

berakumulasi dalam tubuh, secara perlahan akan mengakibatkan kelumpuhan otak dan syaraf permanen.

Dari dongeng saya di atas mohon kepada yang berwajib, penyelesaian kejahatan PT IKPP dan kawan-kawan bukan dengan pemberitaan besar besaran, bukan dengan adu wacana dan adu argumen, apalagi dengan pansus pansus- an. Kata kuncinya adalah tutup PT IKPP etc. Proses kejahatan pidananya. Kenapa yang berwajib terlalu mikirin 7000 orang karyawan PT IKPP akan jadi penganggur, mengapa tidak pernah terpikir puluhan ribu nelayan pantura menjadi mati angin dan menjadi penganggur terbuka. Mengapa tidak mikirin puluhan ribu hektar tambak rakyat di pantura menjadi tidak produktif, mengapa tidak terpikir kerusakan ekosistem pesisir pantura dan laut jawa itu berakibat pada menurunnya produktivitas perikanan laut jawa menuju ke titik nadir. Katanya bangsa ini bangsa bahari.

Malik Amrullah,
peminat sosiologi pesisir dan pedesaan, tinggal di Pontang,
Dikirim tanggal 18 Juli 2006, pada Bantenlink.com

3 Responses to “Limbah Pabrik Kertas Dan Pulp”

  1. dani said

    beritanya sangat akurat dan menarik

  2. rheno said

    saya adalah orang awam, yg netral, cuma dalam produksi kertas, bagaimana bisa melibatkan mercury? setahu saya senyawa mercury banyak dipakai pada pemurnian bijih logam seperti emas, atau d industri kosmetik, kalau di pabrik kertas buat apa ya? hehehe satu lagi produknya kan di jual ke luar negri termasuk amrik, masa negara2 itu begitu bodoh membiarkan produk yang mengandung merkuri masuk ke negaranya?
    jadi logikanya di mana limbah mercury dari pabrik kertas?

  3. kami butuh lokasi daripada pembuangan limbah mercuri tsb

Leave a reply to mustafidatul 'ilmiyah Cancel reply